Dieng merupakan salah satu tempat wisata di Jawa Tengah yang cukup terkenal dengan acara Dieng Culture Festival. Dieng berada di tempat yang cukup tinggi, sehingga terkenal pula dengan suhu dinginnya. DCF adalah satu acara yang kerap membuat jalanan ke dieng macet sampai berkilo-kilo meter. Acara tersebut merupakan acara tahunan yang menampilkan berbagai macam kesenian daerah dan budaya dari Dataran Tinggi Dieng. Jika Anda berniat ke sana, ada baiknya Anda ketahui dulu bagaimana gambaran acara tersebut.
Dieng Culture Festival yang Menarik Banyak Wisatawan
Acara DCF ini biasanya dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Dan setiap acara tersebut dibuka, antusiasme masyarakat pun sangat terlihat, sampai-sampai jalanan ke dieng menjadi macet. Acara tersebut akan diisi dengan rangkaian penampilan kesenian dan budaya khas dari daerah dataran tinggi dieng. Adapun ritual kesenian dan budaya yang pasti ada di acara tahunan tersebut adalah ruwatan rambut gimbal. Acara lainnya di antaranya adalah pentas seni budaya, festival lampion, pagelaran wayang, pertunjukan musik jazz dan juga acara lainnya.
Selain konsep budaya, DCF ini juga mengusung tema wisata alam, yang memiliki tujuan utama untuk memberdayakan ekonomi masyarakat Dieng. Dalam acara yang dihadiri oleh wisatawan dalam negeri maupun luar negeri ini akan ada makanan-makanan khas masyarakat yang dijual. Dan juga beberapa oleh-oleh berupa jajanan dan juga kreasi tangan masyarakat yang bisa dijadikan oleh-oleh bagi mereka yang berkunjung ke sana. Dieng Culture Festival telah diadakan beberapa kali, dan di tahun 2019 lalu, acara tersebut merupakan acara DCF yang ke-10. Tahun 2019 lalu, acara tersebut berlangsung selama tiga hari dan dilaksanakan di bulan Agustus.
Acara yang cukup dinanti dari DCF adalah acara ruwatan rambut gimbal. Di mana tujuan dari acara ruwatan ini yaitu untuk mengusir nasib buruk atau kesialan bagi anak-anak gimbal yang diruwat. Sebelum prosesi ruwatan dilaksanakan, biasanya para tetua adat akan lebih dulu menjalankan beberapa ritual di sejumlah tempat, seperti di Candi Arjuna, Candi Dwarawati, Sendang Maerokoco, Telaga Balikambang, Candi Bima, Goa Telaga Warna, Candi Gatotkaca, Kawah Sikidang, Kali Pepek, dan Pemakaman Dieng.
Adapun anak-anak gimbal yang akan diruwat biasanya terdiri dari rentang usia yang berbeda-beda, mulai dari 40 hari sampai usia enam tahun. Mereka yang rambutnya gimbal sejak kecil nantinya akan diruwat dalam acara tersebut. Mereka percaya, bahwa anak yang rambutnya gimbal adalah titipan dari Kyai Kolo Dete. Ia adalah seorang punggawa Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-14, yang ditugasi untuk mempersiapkan pemerintahan Dieng.
Berdasarkan mitos cerita yang beredar di masyarakat, saat tiba di Dieng, kyai tersebut bersama istrinya mendapatkan ilham dari Nyi Roro Kidul untuk membersamai masyarakat Dieng menuju kesejahteraan. Kesejahteraan tersebut diukur dengan adanya anak yang berambut gimbal. Maka dari itu, anak-anak gimbal di Dieng, dihubungkan dengan adanya kesejahteraan. Semakin banyak anak-anak Dieng yang gimbal, maka semakin sejahtera pula masyarakatnya.
Selanjutnya ada pula acara festival panggung musik jazz. Acara ini juga dinanti-nantikan oleh banyak orang. Di tengah dinginnya suasana Dieng culture festival, mereka menikmati alunan musik dan bernyanyi bersama-sama. Acara lain yang juga dinanti-nantikan adalah penerbangan lampion oleh para wisatawan. Penerbangan lampion biasa dilaksanakan di Candi Arjuna, yang tempatnya luas dan cukup untuk menampung banyak orang. Ratusan lampion yang terbuat dari kertas nantinya akan diterbangkan secara bersama-sama. Dan saat sudah itulah, langit Dieng culture festival akan nampak bercahaya terkena sinar dari lampion-lampion yang beterbangan. Penerbangan lampion ini biasanya akan dilaksanakan di malam ke dua.
Untuk kuliner Dieng Dieng culture festival sendiri, yang cukup terkenal di sana adalah Mie Ongklok. Makanan ini merupakan makanan khas Dieng yang terbuat dari campuran mie rebus dicampur kol, potongan daun kucai, dan buah kental berkanji yang sering dinamai loh. Kata Ongklok sendiri berasal dari alat yang digunakan untuk membuat mie tersebut. Selain mie ongklok, ada pula tempe kemul, yang hampir mirip dengan tempe mendoan. Bedanya, tempe kemul lebih lebar dan diberi tambahan warna kunyit. Ohya, jika ke Dieng Dieng culture festival, jangan lupa bawa oleh-oleh khas Dieng, yaitu buah carica. Konon, tanaman carica ini hanya bisa ditanam di Dieng saja, sehingga oleh-oleh ini wajib Anda beli jika pulang dari Dieng. Buah carica ini biasa diolah menjadi sirup, selai, dan manisan.
BACA JUGA : Kisah Bocah Gimbal Dieng yang Fenomenal
Nah, itulah tadi rangkaian acara yang biasanya berlangsung selama Dieng Culture Festival. Apabila Anda hendak ke sana, pantau terus informasinya ya. Karena pasti akan ada banyak orang yang juga menanti-nantikan acara tersebut. Pastikan juga bila Anda datang ke sana lebih awal, agar mendapatkan tempat parkir yang dekat dengan tempat diselenggarakannya acara tersebut. Karena biasanya, parkiran akan penuh dan jalanan dipadati oleh kendaraan wisatawan yang ingin menyaksikan acara DFC.